Sabtu, 05 Februari 2011

Bersyukurlah!

Dapat cerita bagus dari buku "Small Miracles" karya Yitta Halberstam dan Judith Leventhal.

Seperti inilah :

Pada suatu larut malam, aku melewati sebuah jalan reman-remang, ketika mendadak terdengar jeritan-jeritan tertahan dari balik segerumbulan semak. Aku berhenti dengan terkejut dan memasang telinga. Rasa panikku timbul ketika menyadari bahwa yang kudengar itu adalah suara orang yang sedang bergumul : geraman berat, gerakan meronta yang panik, dan bunyi pakaian yang dirobek. Seorang wanita sedang diserang, hanya beberapa meter dari tempatku berdiri.

     Mestikah aku melibatkan diri? Aku takut memikirkan keselamatanku sendiri. Dalam hati aku menyumpah-nyumpah, kenapa memilih rute lain untuk pulang kali ini. Bagaimana kalau aku menjadi korban? Apakah sebaiknya aku mencari telepon terdekat dan menghubungi polisi?

     Meski kelihatannya sangat lama, pergulatan batinku sebenarnya hanya berlangsung beberapa detik, tapi teriakan-teriakan wanita itu sudah semakin lemah. Aku tahu aku mesti cepat bertindak. Bagaimana mungkin aku pergi begitu saja? Tidak. Akhirnya aku membulatkan tekad. Aku tak bisa begitu saja meninggalkan wanita tak dikenal ini, meski itu berarti aku mempertaruhkan hidupku sendiri.


      Aku bukan laki-laki pemberani, juga tidak atletis. Entah dari mana aku memperoleh semangat dan kekuatan fisik itu --tapi begitu aku membulatkan tekad untuk membantu wanita tersebut, mendadak aku merasakan perubahan. Aku lari ke balik semak-semak itu dan menarik si penyerang dari atas tubuh si wanita. Kami berguling-guling di tanah dan bergumul selama beberapa menit, sampai kemudian si penyerang melompat bangkit dan melarikan diri. Sambil terengah-engah aku berdiri dan mendekati si wanita yang tersembunyi di balik pohon sambil menangis. Dalam kegelapan, aku hampir-hampir tak bisa melihat sosoknya, tapi aku bisa merasakan syok yang dialaminya.

     Karena tak ingin membuat ia semakin ketakutan, semula aku hanya berbicara dari jauh padanya. "Tak apa," kataku, berusaha menenangkannya. "Orang itu sudah pergi. Kau aman sekarang."

     Lama suasana hening, kemudian kudengar wanita itu berkata dengan terheran-heran dan tak percaya,

     "Dad, kaukah itu?"

     Lalu dari balik pohon itu melangkah putri bungsuku, Katherine.

                                                                                                                              -- Greg O'Leary*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak Anda di sini!