Tanyaku pada sosok anggun itu. Sosok dengan sayap-sayap gemulai itu.
Sosok yang selalu kurindu,
menjemputku
membawaku pergi dari tempat ini.
Tidak, jawabnya dengan tatapan yang sama seperti dulu, dingin.
Kenapa?
Belum waktunya.
Kapan? Sampai kapan aku terus seperti ini? Jemput aku, bawa aku pergi
dari sini. Aku sudah bosan.
Aku tidak tahu wahai anak manusia, itu bukan hakku.
Lalu mengapa engkau ada di sini?
Ini rumah sakit, ada saja jiwa yang harus aku jemput.
Hening.
Esok paginya, aku mendengar kabar bahwa pasien kamar sebelah telah meninggal dunia.
BalasHapus....
Kapan giliranku?
Tanyaku lima hari kemudian, saat aku melihat sosok itu lagi.
Sosok yang selalu kurindu,
menjemputku,
membawaku pergi dari tempat ini.
Apakah kau datang untukku?
Tidak, waktumu akan tiba tepat pada saat yang telah ditetapkan Tuhanmu. Tidak ada yang dapat memajukan atau memundurkannya.
Tidak bisakah aku mengubahnya? Mempercepat masa penjemputan itu? Memaksamu tuk membawa aku pergi. G
###kutulis ulang seingatku dari cerpen yang pernah kubaca di majalah muslim An-Nida, dulu sewaktu kelas dua sma, dengan judul yang sama : Apakah Kau Datang Untukku?
BalasHapusKeren ceritanya, jadi teringat terus.