Rabu, 29 Desember 2010

Bayi Prematur!

Mulanya biasa saja. Aku dapat undangan pernikahannya, temanku, 4 Maret 2010 di sebuah Gedung Islamic Center di Semarang Jawa Tengah. Temanku, seorang pengusaha meubel asal Bali, menikah dengan seorang gadis karyawan sebuah Toko Kacamata. Mereka bertemu di Yogyakarta dan menikah di tempat kelahiran dan orangtua si gadis, Semarang. Biasa, adat jawa kan.

Aku menghadirinya bersama temanku. Kedua mempelai tampak bahagia duduk berdampinangan dalam acara resepsi di gedung yang cukup mewah tersebut. Pestanya cukup meriah, sang ortu langsung menyewa sebuah katering dari Jogja langsung untuk memanjakan tamu. Tidak salah, karena aku juga, yang tinggal di Jogja tahu betul kredibilitas usaha katering tersebut. Semuanya masih biasa-biasa saja di sini.

Sebulan kemudian aku bertemu dengan temanku itu. Aku kaget, setahuku -seperti yang diceritakannya padaku- mereka sesudah menikah akan langsung pergi ke Bali dan menetap di sana. Usaha meubelnya akan dipusatkan di sana, Jogja akan dijadikan sebagai cabang. Kata temanku, rencana berubah, modalnya belum ada untuk membuka kantor pusat di Bali.

Keanehan lain adalah ternyata mereka tidak memiliki rumah di Jogja, mereka berdua ternyata menetap di kost awal si gadis, istri temanku. Aku bingung, bukankah kost istri temanku itu adalah kost khusus putri, atau dengan kata lain, berarti temanku itu adalah laki-laki sendiri di kost putri tersebut. Aku tahu kalau kost tersebut khusus putri karena pernah mengantar motor milik istri temanku itu. Jadi aku bawa motor, temanku juga bawa motor, setelah motor ditaruh, aku pulang membonceng temanku. Aku jelas melihat ada papan bertuliskan “Menerima kost putri”. Kukira kalau ada tulisan tersebut berarti kost tersebut putri kan? Atau ada hal yang tak ku ketahui?

Sewaktu aku ceritakan hal ini kepada ibuku dia juga kaget. Mengapa tidak cari rumah sendiri saja. Kalau tidak bisa beli, ya kontrak dulu juga tidak apa-apa. Kan sekalian mulai belajar mandiri. Kalau aku berpikirnya apa tidak risih, laki-laki sendiri di lingkungan kost putri. Memang sih, mereka sudah menikah, mereka berdua, tapi apa iya bisa dengan tenang bertempat tinggal di kost putri? Entahlah, banyak hal yang belum kumengerti, apalagi aku juga belum menikah, aku masih kuliah. Jangan-jangan aku yang sok tahu. Aku ingin bertanya tetapi kupendam saja.

Beberapa waktu berlalu dan aku mulai melupakannya. Kita jadi jarang bertemu. Sampai suatu hari saat semuanya mulai mengusik tanda tanya di hatiku.

Aku masih ingat harinya, Selasa 7 September 2010, aku disms oleh teman-teman kampus, bahwa mereka berdua berada di rumah sakit bersalin. Istrinya telah melahirkan malam Senin kemarin. Kita berencana untuk menjenguknya sehabis kuliah, karena tempatnya memang dekat dengan kampus, Rumah Sakit Bersalin Sakina Idaman, milik seorang yang kemarin mencalonkan diri maju menjadi Bupati Sleman, tetapi gagal.

Aku tidak tahu siapa yang memulai, tetapi mungkin karena kami memang masih “anak-anak”, jadi sering usil membicarakan rumah tangga teman.
            “Eh mereka kan menikah bulan Maret lalu, berarti jika lahir bulan September ini usia kandungannya paling tidak kan masih 7 bulan ya”
            “Iya yah, berarti bayinya prematur dong ya, kan baru 7 bulan”
            “Wah iya, kasihan ya bayinya, semoga sehat-sehat saja”
            “Laki-laki atau perempuan”
            “Katanya laki-laki”
            ........

Sesampainya di kamar inapnya. Kami pun memberi selamat kepada temanku tersebut, dan seperti biasanya, kalau kita menjenguk orang sakit, pasti ingin lihat yang sakit, sama juga, kita ingin melihat bayinya. Dan mulailah rasa penasaranku.

Sewaktu aku melihat bayinya, yang ada di samping ibunya, aku terdiam. Disitu ada istri temanku, terbaring lemah di kasur, disamping kiri bayinya dalam balutan selimut. Di samping kasur ada Ibu si gadis, dan kakaknya. Tetapi yang membuat aku terdiam adalah kondisi si bayi.

Aku tahu betul, ini bayi normal, bukan prematur. Aku mahasiwa Biologi, mungkin tidak seahli teman-teman kedokteran, tetapi aku juga tahu bedanya bayi prematur dan bayi normal. Jika ini bayi prematur pasti ditaruh di inkubator, tidak diletakkan bersama ibunya. Kesimpulan yang ada dibelakang itulah yang membuat aku bingung, ngeri.

Ya Anda pasti tahu, bayi normal kira-kira dikandung di dalam rahim ibunya selama 9 bulan 10 hari. Jika prematur mungkin 7 bulan sudah keluar. Nah, aku berharap kesimpulanku salah, tetapi aku tahu ini bayi normal, yang telah berada di rahim ibunya selama lebih dari 9 bulan. Jika ini bulan September berarti.... berarti.... ah aku tak kuasa meneruskan pikiranku yang mulai negatif. Aku hanya terdiam.
.......

Serombongan lagi tamu datang. Jelas kudengar perbincangan mereka dengan dengan ayah anak ini.

            “Bayinya bagaimana sehat kan? Prematur berarti ya?”

            “Iya Pak, Buk. Tetapi alhamdulillah meski prematur bayinya sehat kok, silahkan dilihat saja”

Aku tercekat, hanya bisa diam.



                                                                                                                      
September 2010
Untuk semua yang belum menikah, semoga kita bisa menjalani penantian ini dengan gagah.


*cerita fiktif, belajar menulis cerpen hihi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak Anda di sini!