Kutipan bagus, saya ambil dari majalah Tarbawi 219 tahun 11, 14 Januari 2010, halaman 13-14
Setiap anak pada akhirnya akan menentukan pilihan hidupnya masing-masing. Dan karena itu, maka terkadang kita terpaksa meninggalkan kedua orangtua untuk mencoba melepaskan diri dari ketergantungan kepada mereka. Ketika beranjak remaja atau dewasa, kita pergi merantau kemana saja, untuk tujuan apapun; menuntut ilmu, mencari rezeki, mengadu nasib, dan sebagainya.
Berawal dari sini, rasa sepi pun muncul di relung hati seorang ibu. Anak yang sedari kecil diasuh penuh cinta, ditimang-timang dan dibesarkan, pergi jauh dari sisinya. Tak sanggup ia melarang, karena hidup memang harus berubah dan berkembang. Ia lalu merelakan anaknya pergi merantau.
Mungkin kita adalah salah seorang anak yang telah membuat ibu merasa sepi, karena meninggalkannya untuk sementara demi mengejar cita-cita di negeri rantau. Hari ini, entah di manapun kita berada, mari sejenak bicara tentang rasa sepi ibu yang terus menyimpan cinta dan kasihnya pada kita sampai kapan pun. Mari sejenak kita merenungkan keadaannya. Apakah yang sedang dia lakukan? Mungkinkah saat ini, ia sedang duduk menghabiskan waktu sambil memandangi kali di depan rumah, yang dahulu selalu menjadi tempat bagi anak-anaknya menghabiskan waktu, berenang dan bermain hujan. Mereka saling dorong menceburkan diri ke dalam air? Atau entah apa lagi yang ibu lakukan untuk mengusir kesendirian dan rasa sepinya yang tak kunjung berakhir?.
Ibu memang selalu merindukan kita. Sangat merindukan kita. Sampai kapan pun. Gambar wajah kita selalu hadir di benaknya, bermain-main di pelupuk matanya. Dia selalu melempar ingatannya ke masa-masa lalu yang indah ketika kita masih bersamanya, mengenang segala tingkah lucu kita yang menggores kesan indah di hatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan jejak Anda di sini!